Agustus 05, 2007

cara berinteraksi dengan shahibul musykilah (pemilik masalah)

Pada dasarnya tarbiyah dilakukan untuk merealisasikan beragam tugas. Pertama, memperkuat dan mengokohkan sifat-sifat yang terdapat pada setiap individu yang sesuai dengan manhaj Islam, dan melakukan berbagai usaha yang dapat menumbuhkan sifat tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebaikan organisasi Islam. Kedua, membuang sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap individu yang tidak sesuai dengan manhaj Islam. Ketiga, mengaplikasikan sifat-sifat baru yang tidak dimiliki setiap individu, namun dibutuhkan oleh Islam dan berbagai aktivitas yang lain.

Cara menyingkap masalah

a. Bergaul langsung dengan orang tersebut dan berusaha menyelami situasi dan kondisi dirinya, keluarga, keuangan, dan tugas-tugasnya, dengan tetap memperhatikan sisi ukhuwah dan cinta padanya, sehingga membuatnya membuka diri atas segala masalah yang ia alami.

b. Mengadaptasinya dengan berbagai aktivitas dan amal agar dengan cara ini ia dapat mengutarakan atau menampakkan masalahnya. Namun, cara ini juga tidak dapat dijadikan sebagai standar utama, maka harus disertai juga dengan adaptasi pribadi.

c. Sungguh-sungguh dalam melakukan rukun-rukun ta’aruf dan membuat satu program acara dalam pertemuan di mana setiap anggota diberi kesempatan untuk mengungkap masalah yang menimpa dirinya.


Cara berinteraksi dengan Shahibul Musykilah (Pemilik Masalah)

1. Bergaul dengan pemilik masalah dengan sikap yang tenang dan lembut, walau bagaimanapun jenis masalah yang ia alami.

2. Ada keinginan dari pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan problem yang ia hadapi.

3. Mengingatkan Shahibul Musykilah beberapa hal penting mengenai tujuan dan cita-cita hidupnya.

4. Memandang inti permasalahan dan faktor-faktor pemicunya dengan jeli.

5. Menutup cela dan aib yang dimiliki pemilik masalah tersebut ketika sedang diterapi.

6. Membatasi masalah pada ruang yang lebih kecil dan tetap menjaga kerahasiaannya.

7. Menambah jalinan kedekatan dan pergaulan dengan pemilik masalah.

8. Memilih teman terdekatnya yang kira-kira mampu menerapi masalah yang ia hadapi sesuai dengan jenis masalahnya.

9. Tersedianya iklim yang baik baginya, berupa iklim sosial dan pergaulan yang cocok untuk penyelesaian masalah itu.


Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah

1. Memastikan sebab-sebab utama munculnya masalah sambil memperhatikan perbedaan antara apa yang tampak di permukaan dengan sebab sesungguhnya dari masalah itu.

2. Memberikan solusi yang tepat dan aplikatif untuk setiap penyebab terjadinya masalah itu.

3. Menentukan waktu dibutuhkan untuk menerapi masalah itu, di mana seluruh sarana dapat dipilih guna menyelesaikannya.

4. Menentukan orang-orang tepat yang dapat mencoba menyelesaikan masalah itu.

5. Adanya perencanaan evaluasi saat proses terapi sedang berjalan, untuk mengetahui sejauh mana capaian terapi tersebut.

6. Evaluasi akhir dari terapi yang dilakukan setelah proses itu berakhir. Dengan harapan bahwa sebab-sebab itu dari munculnya masalah dan problem itu telah dapat disingkirkan.


Beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika proses terapi masalah sedang berlangsung adalah sebagai berikut.

1. Apabila masalah yang mucul itu cukup berat dan memiliki berbagai sisi lain, maka masalah itu perlu diurai satu persatu sesuai dengan skala prioritas yang harus dituntaskan.

2. Memperhatikan sistematika dalam proses terapi masalah.

3. Memperhatikan peran syariat atas setiap sarana dan cara yang digunakan dalam proses penyelesaian masalah.

4. Bersungguh-sungguh dalam mengaplikasikan nilai-nilai ta’aruf, takaful antara sesama anggota jamaah.

5. Memanfaatkan hubungan kekeluargaan sebagai sarana terapi masalah, dengan tetap memperhatikan sisi sensitif yang ada di dalamnya.



Beberapa contoh masalah dakwah dan gerakan

a. Lemahnya semangat cinta dan persaudaraan
b. Lemahnya iman
c. Lemahnya kedisiplinan
d. Terhentinya kemampuan untuk maju dan berkembang
e. Cinta publikasi
f. Futur
g. Tergesa-gesa dan tidak teliti
h. Melemahnya kepercayaan anggota/jundi terhadap qiyadah
i. Emosional dan ta’assub terhadap pendapatnya sendiri
j. Mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan dakwah
k. Lemahnya dakwah pribadi
l. Sensitif yang melampaui batas
m. Suka menyampaikan kritik yang tidak membangun (kritik menghancurkan)


Berikut ini beberapa catatan umum dalam menyikapi masalah dan bagaimana menerapinya.

1. Ada perbedaan mendasar antara pelajaran teoritis dan fakta riil yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah. Kita bisa saja melihat penyebabnya dan kemungkinan solusi yang diambil lalu berusaha mengaplikasikannya, namun hal itu tidak juga menyelesaikan masalah. Biasanya ada beberapa masalah yang tidak dapat dituntaskan karena adanya kesalahan prinsipil yang terjadi di luar batas kemampuan kita. Misalnya, karir yang cepat menanjak tanpa memperhatikan faktor-faktor lain yang ada di sekitar pribadi anggota yang bersangkutan.

2. Kita tidak bisa menafikan bahwa doa dan berserah diri kepada Allah, sangat berperan sangat besar dalam menerapi masalah yang dihadapi.

3. Menyertakan orang-orang yang memiliki keahlian dan spesialisasi dalam bidang syariat yang mungkin dibutuhkan untuk membantu menyelesaikan masalah penting yang dihadapi dengan tetap berusaha tidak menyebarkan secara luas masalah itu. Dan sebaiknya tidak menyebut nama yang terkait dengan masalah itu, kecuali terpaksa.

4. Ada banyak orang yang biasanya sibuk mengkritik dan mengarahkan tuduhannya pada orang tertentu, padahal seharusnya ia mengetahui metode dan cara menasehati yang benar, sebagaimana ia juga harus mendidik dirirnya terlebih dahulu untuk tidak sibuk dengan urusan orang lain, ”Beruntunglah orang-orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri ketimbang menyibukkan dirinya mengurus aib orang lain.”

5. Juga ada orang yang dengan entengnya menceritakan segala apa yang ia ketahui kepada orang yang ia kenal atau tidak ia kenal. Orang semcam ini wajib diingatkan dan dinasehati agar tidak terbiasa melakukan perilaku semacam itu, karena akan menimbulkan akibat buruk bagi dirinya sendiri. Hendaknya ada seorang akh yang mengingatkannya sebelum ia berbicara.

6. Juga ada seorang yang kerap melontarkan kritik yang tidak konstruktif, sengaja mencari-cari kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan seseorang atau organisasi dan turut campur dalam hak-hak organisasi. Semua kritikan dan pendapat yang berseberangan dengannya ia beberkan di tempat yang tidak tepat. Dengan sifat khusus seperti itu, lambat laun orang-orang akan berada di sekelilingnya, atau ia berusaha mengumpulkan dan memuaskan setiap orang dengan kata-katanya. Dari sinilah awal munculnya pembangkangan.

Pembangkangan sangat berbahaya bagi sebuah gerakan, karena ia akan berdiri sebagai perintang bagi gerakan dengan tujuan untuk membersihkannya dari berbagai hal yang ia anggap kotor. Orang seperti ini biasanya memiliki keahlian dalam merebut hati orang-orang dalam bentuk kebaikan yang ia berikan, pelayanan dan wajah yang selalu tampak berseri.

Orang-orang yang ada di sekelilingnya pun kemudian mendukung perasaan negatif seperti itu, dan akhirnya berbagai rapat serta pertemuan tidak resmi terjadi di antara mereka untuk membahas berbagai kesalahan yang ada pada organisasi atau individu yang ada di dalamnya dengan memanfaatkan kebodohan para pendengarnya terhadap hakikat yang terjadi. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus diambil oleh organisasi ialah segera menemui orang-orang yang berperilaku semacam ini, tetap bermuamalah dengan baik, menjelaskan keburukan perilaku seperti itu dan bahaya yang ditimbulkannya, sambil menerangkan kebenaran di balik kesalahan persepsi mereka, apakah mereka akan tetap komitmen dengan organisasi, atau organisasi segera menentukan sikap dengan menyingkirkan petaka dan bahaya yang dapat menimpanya.

7. Kewajiban tarbawi yang paling penting adalah menemukan masalah yang terjadi dan menerapinya sebelum ia semakin membesar. Masalah seperti ini harus mendapat perhatian besar dari organisasi.

8. Memproteksi barisan dari pengaruh buruk dan negatif yang disebabkan oleh masalah yang terjadi di dalamnya. Kita harus dapat memilih mudharat paling ringan, karena menghalangi terjadinya petaka lebih diutamakan daripada memperoleh manfaat setelah petaka itu terjadi.

9. Apabila masalah itu sudah sangat akut dan berbagai solusi telah dilakukan untuk menyelesaikannya namun tetap gagal, maka harus ada arahan bagi anggota agar mereka dapat memahami masalah itu, dengan syarat itu tidak menimbulkan bahaya atas keamanan barisan dan tidak terkait dengan penolakan syariat.
Sumber : Kitab Kekuatan Sang Murabbi, Menggali Energi Intelektual dan Personal Murabbi

Tidak ada komentar: