Agustus 05, 2007

Manajemen Prioritas dalam Dakwah Kampus

Dakwah kampus adalah arena yang penuh dengan aktivitas yang dinamis, ditengah-tengah miniatur masyarakat kecil, yaitu masyarakat kampus. Akan ada banyak opsi-opsi yang harus dipilih oleh dakwah kampus dalam menjalankan roda dakwahnya. Oleh karena itu, penting kiranya kita mengkaji mengenai manajemen prioritas.

Kajian mengenai Manajemen Prioritas dalam Dakwah Kampus harus didahului dengan kajian mendalam mengenai Fiqh Prioritas. Jadi, saya menyarankan sebelum membaca tulisan ini, sebaiknya baca dahulu buku Fiqh Prioritas (Fiqh Aulawiyat) yang pernah disusun oleh DR. Yusuf Qardhawi.

Mengenai manajamen prioritas dalam dakwah, ada beberapa hal yang menjadi ruang lingkupnya, agar jelas sudut pandang kita dan tidak terlalu melebar pembahasannya. Berikut ini adalah ruang lingkupnya.

Aulawiyat (prioritas) yang kita pahami dalam konteks da�wah, bukan memilih antara iman dan kufur, al-haq dengan yang al-bathil, antara halal dengan yang haram, antara yang lurus dengan yang menyimpang, atau antara berda�wah dengan tidak berda�wah. Karena dalam hal ini, sudah jelas bahwa keimanan adalah keharusan, sedangkan kekufuran harus ditolak, sebagaimana pernyataan Laa ilaaha illallah yang menolak semua tuhan-tuhan itu, kecuali Allah SWT. Begitu pula antara al-haq dengan al-bathil, al-haq adalah barisan yang harus kita ikuti, sedangkan al-bathil harus ditinggalkan. Dan seterusnya.

Aulawiyat di sini adalah dalam hal memilih satu atau sebagian dari sejumlah perkara yang halal. Lalu dari perkara-perkara halal tersebut, kita memilih mana yang afdhal dari yang mafdhul, mana yang �ashlah� dari yang sholih.

Dan yang perlu dipahami lagi, memilih sesuatu yang diprioritaskan bukan berarti meninggalkan atau membatalkan suatu pekerjaan yang baik demi untuk mengerjakan pekerjaan baik yang lain. Maksudnya adalah mendahulukan mana yang lebih tepat didahulukan, memberinya lebih banyak alokasi dan dukungan waktu, tenaga serta sarana lainnya yang diperlukan. Inilah ruang lingkup kita sebagai batasan kajian Manajemen Prioritas kita.

Aulawiyat merupakan salah satu prinsip fithrah. Dalam Al Qur'an banyak sekali prinsip-prinsip aulawiyat ini, dimana Allah mendahulukan sesuatu dari sesuatu yang lain. Contohnya adalah firman Allah berikut ini:

�Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.� (QS. Al Kahfi: 46)

Ayat di atas menyiratkan bahwa amalan-amalan shaleh adalah lebih baik untuk diprioritaskan ketimbang perhiasan dunia yang disebutkan sebelumnya. Lalu kita lihat contoh ayat berikut ini:

"...Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah)." (QS. Al Ahzab: 6)

Ayat di atas berkaitan dengan hukum waris, dimana orang-orang yang mempunyai hubungan darah adalah orang yang lebih berhak didahulukan dalam hal waris mewarisi.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda, berkaitan dengan prioritas dalam hal ibadah:

"Amal yang afdhal adalah yang lebih kontinyu. Dan shodaqoh yang afdhal dikeluarkan saat sedang membutuhkan dan terasa besar pengorbanannya." (Hadits)


Prinsip Prioritas dalam Manajemen Dakwah Kampus

Dalam mengatur jalannya roda dakwah kampus, diperlukan manajemen. Dan dalam manajemen digunakan beberapa prinsip, salah satunya prinsip prioritas untuk memilih beberapa pilihan-pilihan yang berkaitan dengan strategi dakwah kampus secara umum

Di antara pilihan-pilihan itu, lihatlah mana yang lebih kuat korelasinya dengan mempertahankan prinsip dan pilihan mana yang lebih merefleksikan prioritas syar�iyah. Lalu kita juga musti lihat, di antara pilihan-pilihan itu mana yang mempunyai perspektif idiologis, mana yang hanya politis, mana yang teknis, dan mana yang pragmatis. Dalam hal mencapai tujuan dakwah kampus, kita juga harus lihat jangkauan manfaat yang mungkin dicapai dari pilihan-pilihan itu, mana yang lebih luas manfaatnya. Lalu lihat juga mana yang lebih didukung oleh ketersediaan informasi sehingga kita bisa �well informed� dan �sound-perception� (tassawur yang tepat). Perlu juga dipertimbangkan mana yang lebih didukung dengan kemampuan atau kafaah untuk komitmen dan konsisten dalam opsi yang dipilih. Dan yang paling penting, pilihan mana yang lebih sesuai dengan tabiat marhalah perjuangan dan kerja da�wah.

Sebagai gambaran, dalam dakwah kampus ada tiga arena yang dilakoni oleh struktur dakwah kampus, yaitu arena da'awi, arena siyasi, dan akademik/profesi. Ketiga arena tersebut merupakan peran dan fungsi mahasiswa. Kalau dilihat dari sudut pandang individu, seorang aktivis dakwah kampus harus tawazun antara peran da'awi, peran siyasi, dan peran akademik tersebut. Artinya, seorang aktivis dakwah kampus, sejatinya harus memiliki kemampuan dakwah dan tarbiyah, kemampuan mengusung perubahan di tengah-tengah masyarakat (khususnya masyarakat kampus), tanpa mengurangi prestasi akademik. Bahkan kalau perlu justru meningkatkan prestasi akademik, karena sejatinya dakwah itu adalah teladan.

Tapi secara kelembagaan, sebuah struktur dakwah kampus ada tahapan yang harus dilalui dalam menyeimbangkan ketiga hal tersebut.

Tahapan pertama yang harus dilalui adalah penetrasi dalam peran da'awi, artinya kaderisasi dan pembinaan sangat ditekankan pada sebuah struktur dakwah kampus yang baru berdiri. Rekrutmen-rekrutmen lebih banyak dilakukan dengan dakwah fardhiyah. Pada tahap ini, dakwah kampus juga harus berupaya memunculkan simpatisan yang loyal terhadap personil aktivitas dakwah kampus. Fungsi mahasiswa yang lebih diutamakan adalah fungsi da'awi, artinya mencetak kader-kader robbani yang muntijah sangat prioritaskan di tahap ini. Sedangkan aktivitas dakwah yang lebih diutamakan adalah aktivitas pelayanan dan aktivitas da'awi.

Jika sudah matang, maka dakwah kampus baru bisa beranjak kepada tahap selanjutnya. Untuk membahas mengenai hal ini, perlu kajian tersendiri. Pada intinya, ada tahapan yang harus ditempuh untuk menuju dakwah kampus yang matang. Dan itu tidak terlepas dari prinsip manajemen prioritas. Tahapan-tahapan tersebut harus dipegang teguh oleh aktivis dakwah kampus dan lembaganya dalam menjalankan roda dakwah di kampus.


Prinsip Prioritas dalam Aktivitas Sehari-hari di Dakwah Kampus

Dalam aktivitas sehari-hari di kampus, akan ada banyak alternatif yang terpampang di depan mata kita, yang harus dipilih dan diutamakan salah satu diantaranya.

Sebagai gambaran, misalnya dalam hal pengelolaan isu-isu, baik itu isu di kampus maupun eksternal kampus. Dakwah kampus harus mampu memilih isu mana yang harus diprioritaskan. Selain itu dalam hal program kerja, biasanya ada program kerja yang harus didahulukan dari program kerja lainnya. Hal ini berkaitan dengan pengendalian dan pengotrolan program kerja. Dalam menetapkan program kerja juga harus dipikirkan mengenai porsi-porsinya, porsi mana yang harus diperbesar antara tabligh, ta'lim ataukah takwin/tarbiyah.


Kendala-kendala

Penerapan prinsip aulawiyat bukan tanpa kendala. Ada beberapa kendala yang menyebabkan manajemen prioritas ini menjadi kacau balau. Kendala-kendala tersebut antara lain adanya penyakit diri, misalnya hawa nafsu yang diperturutkan, adanya urusan duniawi yang mendominasi, atau tidak mau mengeluarkan biaya. Kondisi kultural setempat kadangkala juga mempengaruhi hal ini. Selain itu juga disebabkan adanya konspirasi eskternal yang menginginkan agar cahaya dakwah ini padam.

Demikianlah kajian singkat mengenai manajemen prioritas dalam dakwah kampus. Semoga dapat memberikan pencerahan agar dakwah kampus dapat berjalan dengan baik.[]

Tidak ada komentar: